Pengaruh Pencemaran Air terhadap Kesehatan Lingkungan



Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia Tahun Ajaran 2016/2017
Oleh: Yeshi Citra Fitriani (16640057)

Related image

Sumber foto: google

Pendahuluan
1.               Latar Belakang
Warlina (2004:1) menyatakan bahwa air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan.  Tanpa air berbagai proses kehidupan tidak dapat berlangsung. Hampir semua keperluan hidup sehari-hari yang dilakukan manusia mulai dari membersihkan diri, menyiapkan makanan dan minuman, untuk keperluan pertanian dan industri, untuk kebersihan sanitasi kota dan aktivitas-aktivitas lainnya membutuhkan air.
Di Indonesia, akses terhadap air bersih masih menjadi masalah yang belum terselesaikan sampai saat ini. Air dapat menjadi masalah jika tidak tersedia dalam kondisi yang benar, baik dalam kualitas maupun kuantitasnya. Secara kualitas, sumber daya air mengalami penurunan sedangkan secara kuantitas air sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat. Puspitasari (2009:24) menyatakan bahwa ketidaktersediaan air bersih disebabkan karena dua faktor yaitu faktor alam dan faktor manusia. Faktor alam disebabkan secara alamiah seperti sulitnya mendapatkan air di daerah tersebut. Sedangkan faktor manusia yaitu tercemarnya air bersih akibat aktivitas manusia.
Pada saat ini pencemaran berlangsung di mana-mana dengan laju begitu cepat yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Kecenderungan pencemaran akhir-akhir ini mengarah kepada dua hal, yaitu: pembuangan senyawa-senyawa kimia tertentu yang semakin meningkat dan meningkatnya penggunaan Bahan Berbahaya Beracun (B3) oleh berbagai kegiatan industri  dengan pembuangan limbahnya ke lingkungan. Akibatnya, akan banyak masalah yang timbul antara lain: pemanasan global, hujan asam, menipisnya lapisan ozon, dan lainnya.
Sekarang ini beban pencemaran dalam lingkungan air sudah semakin berat dengan masuknya limbah industri. Limbah tersebut mengandung bahan pencemar berbahaya dan beracun meskipun dalam konsentrasi yang masih rendah. Fardiaz (1992:48) menyatakan bahwa bahan pencemar logam berat berbahaya dan sering mencemari lingkungan, yaitu: merkuri (Hg), timbal (Pb), kadmium (Cd), arsenik (As), khromium (Cr), dan nikel (Ni). Kondisi ini sangat berbahaya karena logam berat dapat diserap oleh tubuh suatu organisme yang memakannya dan tetap tinggal dalam tubuh dalam jangka waktu lama sebagai racun yang terakumulasi.
Pencemaran air dapat berdampak sangat luas, misalnya dapat meracuni air yang diminum oleh suatu organisme, menjadi penyebab ketidak seimbangan ekosistem sungai dan danau, dan sebagainya. Pencemaran terhadap sumber air minum telah sering menyebabkan penyakit-penyakit dengan perantara air yang telah membinasakan penduduk di sejumlah kota. Banyak persediaan air perkotaan masih mempunyai bakteri-bakteri patogen dengan konsentrasi tinggi terutama di pemukiman penduduk yang sangat padat dan kumuh.
Telah banyak usaha yang telah dilakukan untuk menanggulangi masalah lingkungan ini baik yang dilakukan secara internasional, regional, atau lokal. Hal ini menunjukkan bahwa mausia sudah mulai sadar akan adanya bahaya yang mengerikan dan kerusakan lingkungan akibat pencemaran yang semakin parah. Teknologi terbaru dapat digunakan dalam mengatasi pencemaran air di Indonesia.
Untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh perkembangan industri dan lainnya perlu dilakukan upaya yaitu menaati peraturan yang telah dibuat oleh pemerintah dan membuat pengendalian pencemaran lingkungan dengan menetapkan baku mutu lingkungan. Fardiaz (1992:80) menyatakan bahwa bentuk kontrol pencemaran air yang paling umum dilakukan dalam industri-industri terdiri dari sistem buangan dan penanganan air buangan. Air buangan dikumpulkan melalui sistem buangan dan dialirkan ke tempat pengolahan limbah.
Judul makalah ini sengaja dipilih karena telah menarik perhatian penulis untuk dicermati dan perlu mendapat dukungan dari semua pihak yang peduli tentang pencemaran air. Oleh, karena itu, makalah ini dibuat untuk mengetahui pengaruh pencemaran air yang terjadi di Indonesia. Harapannya, penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

2.                Rumusan Masalah
Dari sedikit ulasan di atas, rumusan masalah yang dapat dibuat adalah:
2.1              Bagaimana pencemaran air berpengaruh terhadap ekosistem air?
2.2              Bagaimana pencemaran air berpengaruh terhadap kualitas air tanah?
2.3              Bagaimana pencemaran air berpengaruh terhadap estetika lingkungan?

3.                Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
3.1              Untuk mengetahui pengaruh pencemaran air terhadap ekosistem air.
3.2              Untuk mengetahui pengaruh pencemaran air terhadap kualitas air tanah.
3.3              Untuk mengetahui pengaruh pencemaran air terhadap estetika lingkungan.

4.                Pembahasan
Pengaruh Pencemaran Air terhadap Ekosistem Air
Pembangunan di negara Indonesia semakin hari semakin pesat. Pesatnya pembangunan ini menimbulkan dampak negatif yang tidak dapat dielakkan terhadap kualitas lingkungan, antara lain terjadinya degradasi (kerusakan) kualitas air dan. Dampak suatu kegiatan terhadap keseimbangan lingkungan memang merupakan suatu hal yang sulit dihilangkan sepenuhnya.
Warlina (2004:6) menyatakan bahwa indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati yang dapat digolongkan menjadi:
1.      Pengamatan secara fisis, yaitu pengamatan pencernaan air berdasarkan tingkat kejernihan air (kekeruhan), perubahan suhu, warna, dan adanya perubahan warna, bau, dan rasa.
2.      Pengamatan secara kimiwi, yaitu pengamatan pencernaan air berdasarkan zat kimia yang terlarut dan perubahan pH.
3.      Pengamatan secara biologis, yaitu pengamatan pencernaan air berdasarkan mikroorganisme yang ada dalam air, terutama ada tidaknya bakteri pathogen.
Warlina (2004:6) menyatakan bahwa indikator yang umum diketahui pada pemeriksaan air adalah pH atau konsentrasi ion hydrogen dan oksigen terlarut (Dissolved Oxygen, DO), kebutuhan oksigen biokimia (Biochemical Oxygen Demand, BOD), serta kebutuhan oksigen kimiawi (Chemical Oxygen Demand, COD).
pH atau Konsentrasi Ion Hidrogen
            Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai pH antara 7-8,5. Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimiawi perairan, misalnya proses nitrifikasi akan berakhir pada pH yang rendah. Pada pH<4, sebagian besar tumbuhan air mati karena tidak dapat bertoleransi terhadap pH rendah. Namun ada sejenis algae yaitu Chlamydomonas acidophila mampu bertahan pada pH 1 dan Euglena pada pH 1,6.
Oksigen Terlarut (DO)
Oksigen terlarut merupakan kebutuhan dasar untuk kehidupan tanaman dan hewan dalam air. Ikan merupakan makhluk air yang memerlukan oksigen tertinggi, kemudian invertebrata, dan yang terkecil kebutuhan oksigennya adalah bakteri. Biota air hangat membutuhkan oksigen terlarut minimal 15 ppm, sedangkan biota air dingin membutuhkan oksigen terlarut mendekati jenuh. Kejenuhan tergantung pada temperatur dan tekanan atmosfir pada perairan tersebut. Konsentrasi oksigen terlarut yang terlalu rendah dan terdapat logam berat dengan konsentrasi tinggi akan mengakibatkan organism akuatik menjadi lebih menderita.
Kebutuhan Oksigen Biokimia (BOD)
            BOD menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk memecah atau mengoksidasi bahan-bahan buangan di dalam air.  Semakin besar kadar BOD-nya menunjukkan bahwa perairan tersebut telah tercemar. Salah satu contohnya adalah kadar maksimum BOD5 yang diperkenankan untuk kepentingan air minum dan menopang kehidupan organism akuatik adalah 3,0-6,0 mg/L.


Kebutuhan Oksigen Kimiawi ( COD)
            COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia, baik yang dapat didegradasi secara biologis maupun yang sukar didegradasi.
            Semua indikator di atas mempunyai pengertian dan karakteristik masing-masing. Indikator-indikator tersebut sudah diteliti sehingga dapat ditentukan angka-angka yang menunjukkan bahwa air tersebut tercemar atau tidak. Apabila ingin mengetahui sebuah perairan menunjukkan tercemar atau tidak dapat diambil sampel dari perairan tersebut dan diuji di laboratorium.
Warlina (2004:10) menyatakan bahwa secara umum pencemaran air dapat dikategorikan menjadi dua yaitu sumber kontaminan langsung dan tidak langsung. Sumber langsung meliputi efluen yang keluar dari industri, sampah rumah tangga, dan sebagainya. Sumber tak langsung adalah kontaminan yang memasuki badan air dari tanah  atau atmosfir berupa hujan. Pada dasarnya sumber pencemaran berasal dari limbah industri, rumah tangga, dan pertanian.
Kontaminan yang menimbulkan ancaman terbesar pada lingkungan akuatik adalah air kotor/air limbah, panas, nutrien berlebih, senyawa organik sintetis/buatan, sampah, plastik, logam, pestisida, hidrokarbon/minyak, dan hidrokarbon polisiklik aromatik (WHO, 2000: 115). Kontaminan di atas termasuk bahan buangan yang menyebabkan terganggunya ekosistem air. Bahan buangan tersebut mengandung zat-zat kimia tertentu, salah satu contohnya adalah sulfur.
Beberapa kontaminan yang menyebabkan terganggunya ekosistem air adalah:

Bahan Buangan Nutrien yang Berlebih
Sulfur dan nitrogen yang jumlahnya berlebihan di perairan dapat menjadi polutan. Perairan yang mengandung polutan tersebut mengalami eutrofikasi dan reservoir air karena memicu pertumbuhan tanaman yang berlebih (perkembangan alga/algae blooming). Perkembangan alga tersebut kemudian mengurangi kandungan oksigen dalam air karena akan terjadi dekomposisi/pembusukan. Perkembangan alga dapat menggaggu penetrasi cahaya matahari ke dalam perairan karena permukaan tertutupi ganggang. Ganggang yang beracaun dapat meracuni biota air.

Bahan Buangan Limbah Industri
Peningkatan jumlah industri diikuti oleh penambahan jumlah limbah, baik berupa limbah padat, cair maupun gas. Limbah mengandung bahan kimia yang beracun dan berbahaya (B3) dan dapat masuk ke perairan. Salah satu dari limbah B3 tersebut adalah logam berat. Kehadiran logam berat mengkhawatirkan terutama yang bersumber dari pabrik, dimana logam berat banyak digunakan sebagai bahan baku maupun sebagai bahan penolong. Warlina (2004: 18), mengatakan bahwa banyaknya zat pencemar pada air limbah akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen terlarut dalam air tersebut. Sehingga akan mengakibatkan kehidupan air yang membutuhkan oksigen terganggu serta mengurangi perkembangannya. Selain itu, kematian dapat pula disebabkan adanya zat beracun yang juga menyebabkan kerusakan pada tanaman dan tumbuhan air. Menurut Warlina (2004: 14), bahan pencemar air dikelompokkan menjadi sabun (deterjen, shampoo, dan bahan pembersih lainnya), bahan pemberantas hama (insektisida), zat warna kimia, dan zat radioaktif.
Bahan Buangan Panas (Thermal)
            Perubahan kecil pada temperature air lingkungan bukan saja dapat menghalau ikan atau spesies lainnya, namun juga akan mempercepat proses biologis pada tumbuhan dan hewan bahkan akan menurunkan tingkat oksigen dalam air. Akibatnya akan terjadi kematian pada ikan atau akan terjadi kerusakan ekosistem. Untuk itu, bahan buangan thermal harus dihindari (Warlina, 2004: 14). Berbagai macam bahan buangan yang dibuang semena-mena oleh manusia dari limbah industri, rumah tangga, maupun limbah pertanian dapat membahayakan ekosistem air beserta organisme yang ada di dalamnya.
            Salah satu contoh masalah diatas adalah adanya penelitian kualitas air di Sungai Ciliwung yang diteliti oleh Satmoko Yudo. Hasil dari penelitian tersebut adalah memperlihatkan bahwa kondisi pencemaran sungai air Ciliwung di dominasi oleh limbah domestik akibat tingginya konsentrasi parameter-parameter BOD-COD, ammonia, fosfat, detergen, dan bakteri E-Coli.
            Faktor yang menyebabkan kualitas sungai Ciliwung semakin memburuk adalah meningkatnya perkembangan pembangunan perumahan dan pertokoan disepanjang bantaran sungai Ciliwung serta tidak berfungsinya penegakan hukum. Dibutuhkan upaya yang baik dan tersusun untuk mengatasi pencemaran di sungai ini.

Pengaruh Pencemaran Air terhadap Kualitas Air Tanah
Harmayani dan Konsukartha (2007: 94) menyatakan bahwa air tanah adalah air yang tersimpan/terperangkap di dalam lapisan batuan yang mengalami pengisian/penambahan secara terus menerus oleh alam. Kondisi suatu lapisan tanah membuat suatu pembagian zone air tanah menjadi dua zone besar:

1.      Zone air berudara (zone of aeration)
Zone ini adalah suatu lapisan tanah yang mengandung air yang masih dapat kontak dengan udara. Pada zone ini terdapat tiga lapisan tanah, yaitu lapisan air tanah permukaan, lapisan intermediate yang berisi air gravitasi dan lapisan kapiler yang berisi air kapiler.

2.      Zone air jenuh (zone of saturation)
Zone ini adalah suatu lapisan tanah yang mengandung air tanah yang relatif tak terhubung dengan udara luar dan lapisan tanahnya atau aquifer bebas.

Harmayani dan Konsukartha (2007: 94) mengatakan bahwa air tanah secara umum mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan, khususnya dari segi bakteriologis, namun dari segi kimiawi air tanah mempunyai beberapa karakteristik tertentu tergantung pada lapisan kesadahan, kalsium, magnesium, sodium, bikarbonat, pH, dan lain-lainnya. Keuntungan dan kerugian pemanfaatan air tanah adalah sebagai berikut:
1.  Keuntungan
a.   Pada umumnya bebas dari bakteri pathogen.
b.   Dapat dipakai tanpa pengolahan lebih lanjut.
c.   Paling praktis dan ekonomis untuk mendapatkan dan membagikannya. d. Lapisan tanah yang menampung air biasanya merupakan tempat pengumpulan air alami.
2.   Kerugian
a.   Air tanah sering kali mengandung banyak mineral-mineral seperti Fe,  Mn, Ca dan sebagainya.
b.    Biasanya membutuhkan pemompaan.
Air tanah merupakan sumber utama air minum dan irigasi yang dbisa didapatkan dengan cara membuat sumur bor atau sumur galian. Kualitas air untuk minum berbeda dengan kualitas air untuk irigasi. Tetapi apabila kualitas tanah tidak dijaga dengan baik dan benar, maka akan mengakibatkan pencemaran air tanah pada sumber-sumber air yang tersedia. Kualitas air yang terganggu ditandai dengan perubahan bau, warna, dan rasa.
Sumur merupakan sumber utama penyediaan air bersih bagi penduduk baik di perkotaan maupun di pedesaan. Saat ini, air sumur dangkal dijumpai  banyak yang mengalami pencemaran. Sumur-sumur air tanah masyarakat mempunyai risiko tercemar oleh koli-fekal yang merupakan bakteri indikator limbah ekskreta karena beberapa kemungkinan yaitu kondisi lingkungan (hidrogeologi dan sanitasi lingkungan), dan sosial-budaya yang berkaitan.
Wilayah-wilayah pemukiman padat seperti kota-kota besar menghadapi kecenderungan gangguan terhadap kualitas air tanah dan limbah cair domestik yang tinggi, karena tidak memiliki sistem sanitasi dan pengolah ekskreta yang baik. Air tanah biasanya tercemar oleh limbah cair domestik hasil kegiatan manusia berupa sampah kegiatan manusia sehari-hari, limbah tinja, dan limbah industri yang tidak dikelola dengan baik. Mason, 1991 (dalam Halang 2004: 40) menyatakan bahwa terdapat beberapa bahan pencemar seperti bahan mikrobiologik (bakteri, virus, parasit), bahan organik (pestisida, deterjen), bahan inorganik (garam, asam, logam) serta bahan kimia lainnya sudah banyak ditemukan dalam air yang kita pergunakan.
Air tanah dalam aquifer sangat mudah mengalami penurunan dan tercemar karena waktu pembaruannya berlangsung sangat lambat. Waktu pembaruan air tanah sekitar 1400 tahun, sementara air sungai hanya 20 hari. Jika terdapat bahan pencemar (polutan) yang mencemari air tanah, maka air tanah tersebut tidak mampu mendegradasi polutan tersebut karena:
  1. Air tanah mengalir sangat lambat (0,3 m/hari) sehingga polutan tidak terencerkan dan terdispersikan secara efektif;
  2. Terdapat sangat sedikit populasi bakteri dekomposer;
  3. Suhu rendah di dalam air tanah memperlambat proses dekomposisi limbah.
Ini berarti akan dibutuhkan ratusan hingga ribuan tahun untuk mendegradasi limbah yang masuk ke dalam air tanah, bahkan terhadap limbah nondegradable (seperti timbal dan arsen) dapat tinggal di dalam air tanah secara permanen.
Candra (2015) mengatakan bahwa air tanah banyak tercemar limbah rumah tangga dan bakteri E-Coli (Eschercia Coli). Bakteri E-Coli sering dijadikan indikator dari tercemarnya air tanah dalam satu wilayah. Bakteri ini biasanya keluar bersama tinja. Jika masuk saluran pencernaan melalui makanan atau minuman, bisa menimbulkan gangguan kesehatan (tifus, kolera, hepatitis, diare).
Salah satu contoh nyata penelitian tentang adanya bakteri E-Coli dalam air tercemar terdapat dalam jurnal yang berjudul Dampak Pencemaran Air terhadap Kesehatan Lingkungan dalam Perspektif Hukum Lingkungan (Studi Kasus Sungai Code di Kelurahan Wirogunan Kecamatan Mergansan dan Kelurahan Prawirodirjan Kecamatan Gondomanan Yogyakarta) oleh Puspitasari Eka Puspitasari tahun 2009. Isi jurnal mengatakan bahwa bakteri E-Coli banyak ditemukan di Sungai Code karena banyaknya bangunan septic tank yang tidak kedap air sehingga kotoran bisa merembes masuk ke dalam tanah. Selain itu, jarak septic tank dengan sumber air kurang dari jarak yang dianjurkan yaitu 10 meter.
Langkah yang belakangan banyak diambil dalam mengatasi pencemaran air tanah adalah membuat sumur resapan atau lubang biopori. Biopori adalah metode resapan air yang ditujukan untuk mengatasi banjir dengan cara meningkatkan daya resap air pada tanah. Sehingga, kuantitas air tanah akan bertambah.
Oleh karena itu, cara tersendiri dalam menjaga lingkungan agar selalu bersih, indah, dan nyaman. Kualitas dan kuantitas air tanah pada daerah permukiman tersebut harus terjamin, agar dapat digunakan untuk  keperluan hidup sehari-hari sesuai dengan standar kesehatan dan baku mutu kualitas air.

Dampak Pencemaran Air terhadap Estetika Lingkungan
Air dapat dikatakan tercemar apabila kualitas airnya menurun hingga ke tingkat yang membahayakan makhluk hidup sehingga air tidak bisa digunakan sebagaimana mestinya dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Puspitasari (2009: 30), air sebagai komponen sumber daya alam yang sangat vital, maka harus dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat, sesuai dengan yang tercantum dalam Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen. Dengan adanya pencemaran, maka lingkungan yang ada di sekitarnya, baik lingkungan abiotik, lingkungan biotik, dan lingkungan sosial akan terganggu peruntukan fungsinya.
Puspitasari (2009: 30) mengatakan kegiatan pembangunan yang semakin meningkat mengandung resiko untuk menimbulkan pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup sehingga fungsi ekosistem menjadi terganggu dan tidak berfungsi sesuai peruntukannya.  Hal ini berpengaruh terhadap keberadaan sumber daya air yang semakin menurun kualitasnya sebagai akibat pencemaran air dari kegiatan membuang limbah cair ke sungai atau sumber air.
  Hal ini sangat berpengaruh terhadap kesehatan lingkungan di sekitarnya. Banyak organisme, biota, hewan, dan tumbuhan yang menjadi rusak atau malah mati karena pencemaran tersebut. Demikian juga dengan warga yang tinggal di sekitar bibir sungai, mereka rentan sekali terkena penyakit karena adanya zat-zat tertentu yang merugikan tubuh.
Salah satu penelitian yang diteliti oleh Puspitasari Eka Puspitasari di salah satu sungai di Yogyakarta menyatakan bahwa sungai tersebut cenderung mengalami penurunan kuantitas dan kualitas air. Penurunan kuantitas lebih banyak disebabkan oleh terjadinya perubahan fungsi daerah tangkapan air sehingga pada musim hujan air tidak meresap ke dalam tanah tetapi kangsung masuk ke saluran pembuangan atau badan sungai sehingga terjadi banjir. Sedangkan pada musim kemarau, persediaan air berkurang karena suplai air dari mata air juga telah berkurang. Warga yang tinggal di sekitar sungai tersebut, menetap dengan kondisi di bawah layak. Hal tersebut disebabkan letak bangunan yang tidak tertata serta lingkungan yang kotor dan mengeluarkan bau yang tidak sedap.
Adanya pencemaran air yang menyebabkan air menjadi keruh/tidak jernih, dapat membuat hilangnya pemandangan yang asri dan indah pada aliran sungai dan sekitarnya. Hal ini dapat merusak nilai keindahan atau estetika lingkungan. Keindahan lingkungan tidak hanya terdapat pada apa yang kita lihat saja, namun juga apa yang kita dengar dan apa pula yang kita rasa.
Semakin banyaknya zat organik yang dibuang ke lingkungan perairan, maka perairan tersebut akan semakin tercemar yang biasanya ditandai dengan bau yang menyengat dan dapat mengurangi estetika lingkungan pada wilayah tersebut. Dengan adanya bau yang ditimbulkan dari air yang tercemar, sebagian manusia enggan tinggal pada wilayah tersebut. Dan sebagian manusia ketika melewati sungai yang tercemar, mereka akan menutupi hidungnya yang menandakan sungai tersebut sudah tercemar. Ini merupakan salah satu hal yang membuat turunnya kualitas lingkungan. Limbah minyak atau lemak juga dapat mengurangi estetika lingkungan. Selain bau, limbah tersebut juga menyebabkan tempat sekitarnya menjadi licin dan tidak pantas untuk dipandang. Sedangkan limbah detergen atau sabun akan menyebabkan penumpukan busa yang sangat banyak. Inipun juga dapat mengurangi estetika. Hal-hal yang terjadi di atas dapat mengurangi niat seseorang ketika ingin melakukan travelling. Karena seseorang tersebut tidak nyaman dengan lingkungan yang akan di tempatinya.
Salah satu hal yang harus diperhatikan ketika lingkungan tercemar air kondisi lingkungan yang manusia tempati menjadi tidak nyaman. Terlebih apabila pencemaran air tersebut disebabkan oleh sampah. Sampah- sampah akan membuat berbagai macam kerugian bagi makhluk hidup. Selain tidak sedap dipandang mata, sampah juga akan menyebabkan bau yang sangat menyengat. Ini sungguh tidak nyaman digunakan sebagai tempat bermukim bagi masyarakat.
Dari penjelasan sedikit di atas, beberapa pengaruh dari pencemaran air terhadap estetika lingkungan sudah mulai bermunculan di sekitar masyarakat dan muncul dampak yang berbeda-beda. Selain dampak- dampat tersebut masih banyak lagi dampak yang dapat dirasakan, baik disadari maupun tidak. Oleh karena itu, menjaga lingkungan agar tetap sehat tidaklah sulit untuk dilakukan. Dengan dimulai hal-hal yang kecil yang terkadang sering dilupakan oleh masyarakat, misalnya membuang sampah sekecil apapun pada tempatnya.

Penutup
Kesimpulan
Hasil penulisan yang telah ditulis diatas diperoleh dari beberapa rujukan buku maupun jurnal-jurnal online. Ada beberapa pengaruh pencemaran air terhadap ekosistem air diantaranya indikator yang umum diketahui pada pemeriksaan air adalah pH atau konsentrasi ion hydrogen dan oksigen terlarut (Dissolved Oxygen, DO), kebutuhan oksigen biokimia (Biochemical Oxygen Demand, BOD), serta kebutuhan oksigen kimiawi (Chemical Oxygen Demand, COD). Kemudian, beberapa kontaminan yang menyebabkan terganggunya ekosistem air adalah bahan buangan nutrien yang berlebih, bahan buangan limbah industri, dan bahan buangan panas.
Kualitas tanah menurun apabila tidak dijaga dengan baik dan benar. Maka dapat mengakibatkan pencemaran air tanah pada sumber-sumber air yang tersedia. Air tanah biasanya tercemar oleh limbah cair domestik hasil kegiatan manusia berupa sampah kegiatan manusia sehari-hari, limbah tinja, dan limbah industri yang tidak dikelola dengan baik. Kualitas air yang terganggu ditandai dengan perubahan bau, warna, dan rasa.
            Pencemaran air dapat menyebabkan air menjadi keruh/tidak jernih dan membuat hilangnya pemandangan yang asri dan indah pada aliran sungai. Semakin banyaknya zat organik yang dibuang ke lingkungan perairan, maka perairan tersebut akan semakin tercemar yang biasanya ditandai dengan bau yang menyengat dan dapat mengurangi estetika lingkungan pada wilayah tersebut. Dengan adanya bau yang ditimbulkan dari air yang tercemar, sebagian manusia enggan tinggal pada wilayah tersebut.

Saran
1.               Bagi Pembaca
Bagi para pembaca makalah ini, apabila memiliki minat untuk menulis tentang penelitian pengaruh pencemaran air terhadap kesehatan lingkungan, penulis harapkan dapat menulis lebih baik dan benar.
2.               Bagi peneliti selanjutnya
a.              Penulis harapkan makalah ini menjadi rintisan bagi penulisan makalah selanjutnya.
b.             Pentliti selanjutnya diharapkan menambah referensi bacaan lain.
c.              Perlu penulisan yang berkualitas agar dapat berguna bagi pembaca.


DAFTAR RUJUKAN
Fardianz, Srikandi. 1992. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Kanisius.
Halang, Bunda. 2004. Bioscientiae. Toksisitas Air Limbah Deterjen terhadap Ikan Mas (Cyprinus carpio), 1 (1). (Online), (http://bioscientiae.tripod.com), diakses 7 Mei 2017.
Harmayani dan Konsukartha. 2007. Jurnal Pemukiman Tanah. Pencemaran Air Tanah Akibat Pembuangan Limbah Domestik di Lingkungan Kumuh, 5 (2). (Online), (http://ojs.unud.ac.id/index.php/natah/article), diakses 7 Mei 2017.
Organization, World Health. 2000. Bahaya Bahan Kimia pada Kesehatan Manusia dan Lingkungan. Terjemahan Widyastuti. 2002. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. 
Puspitasari, Puspitasari Eka. 2009. Mimbar Hukum. Dampak Pencemaran Air terhadap Kesehatan Lingkungan dalam Perspektif Hukum Lingkungan (Studi Kasus Sungai Code di Kelurahan Wirogunan Kecamatan Mergansan dan Kelurahan Prawirodirjan Kecamatan Gondomanan Yogyakarta), 21 (1). (Online), (http://i-lib.ugm.ac.id/jurnal), diakses 22 Februari 2017.
Warlina, Lina. 2004. Pencemaran Air: Sumber, Dampak, dan Penanggulangannya. (Online). (http://www.rudyct.com/PPS702-ipb), diakses 22 Februari 2017.
Yudo, Satmoko. 2010. Kondisi Kualitas Air Sungai Ciliwung di Wilayah DKI Jakarta Ditinjau dari Parameter Organik, Amoniak, Fosfat, Deterjen, dan Bakteri Coli, 6 (1). (Online). (http://ejurnal.bppt.go.id/ejurnal2011), diakses 7 Mei 2017.

Comments

Popular Posts

Incoming search terms: lee yong dae girlfriend lee yong dae lee yong dae shirtless lee yong dae profile lee yong dae hot lee yong dae yoona profil lee yong dae lee young dae lee yong dae body Lee Yong Dae badminton Lee Yong Dae Profile and Lee Yong Dae Girlfriend

Berbagai Nama Surga Dan Ciri-ciri Calon Penghuninya

Mengerikan, inilah Bahaya Makan dan Minum Sambil Berdiri